Harga Pupuk Subsidi di Tri Tunggal Jaya Melonjak: Petani Teriak, “Dua Kali Lipat dari HET!”

Tulang Bawang Barat, lingkarmerah.my.id-  15 Agustus 2025, Janji pemerintah menghadirkan pupuk subsidi murah kembali jadi bahan olok-olok di kalangan petani. Di Tiyuh Tri Tunggal Jaya, harga pupuk subsidi justru meroket hingga dua kali lipat dari Harga Eceran Tertinggi (HET).

Sunari, anggota Kelompok Tani Sido Makmur, mengaku sudah tiga tahun terakhir dipinggirkan dari distribusi pupuk bersubsidi.

“Kami ini dari tiyuh paling ujung, orang biasa. Takut nanti jadi korban. Belum apa-apa sudah ada yang ingatkan, suruh hati-hati kalau ketemu orang tertentu. Tapi kalau intimidasi langsung ke saya, nggak ada,” ujarnya saat ditemui di rumahnya.

Tahun 2023, Sunari masih mendapat jatah satu kwintal pupuk melalui Gapoktan, namun harga yang dibayar jauh di atas HET.

“Saya ambil di tempat Muhammad Mufakir, adiknya ketua Gapoktan. Harganya Rp360 ribu per kwintal untuk satu paket pupuk. Padahal kata menteri, HET itu Rp90 ribu per zak. Kok di sini bisa dua kali lipat?” keluhnya.

 

Pengakuan Adik Ketua Gapoktan

Muhammad Mufakir membenarkan harga tinggi tersebut, namun berdalih hanya mengikuti instruksi kios penyalur milik Rubi di SP 1 Tiyuh Tunas Jaya.

“Dulu kami jual Rp305 ribu per sak karena disuruh Rubi. Di kios Arya saja Rp290 ribu. Walau sudah setor RDKK, kami cuma dapat 2–3 ton, padahal anggota kelompok ada 200 orang. Jadi bingung membaginya,” katanya.

Ia juga menyoroti maraknya penampung pupuk subsidi di luar jalur resmi.“Banyak yang jual Rp350 ribu, Rp380 ribu, bahkan Rp400 ribu. Kalau musim tanam bisa sampai Rp500 ribu per ton. Pupuk datang langsung habis, nggak pernah numpuk,” tegasnya.

 

Pemilik Kios Angkat Bicara

Rubi, mantan anggota DPRD Fraksi PDIP sekaligus pemilik kios, tak membantah bahwa harga pupuk subsidi pada 2024 tembus Rp360 ribu per paket.

“Tahun 2022–2023 kami jual sesuai HET karena aturannya begitu. Untuk Tri Tunggal Jaya saya lupa detailnya. Kios saya mulai 2022–2023. Tahun 2019 sampai 2024 kami berhenti sebelum saya jadi dewan,” ujarnya di kiosnya.

Subsidi yang Hilang Rasa Subsidi

Kasus ini memperjelas bahwa masalah pupuk subsidi bukan hanya soal stok minim, tetapi harga yang melambung liar. Di atas kertas, pemerintah pusat mengklaim harga terkendali. Namun di lapangan, petani seperti Sunari justru kian tercekik oleh “subsidi” yang tak lagi terasa bersubsidi.
(Pedia HT/IMAM)