Di Balik Dinding Lapuk: Kisah Sunyi Rubini, Janda Lansia yang Terlupakan

Tulang Bawang Barat, lingkarmerah.my.id — Di sudut sepi Tiyuh Gunung Sari, Kecamatan Lambu Kibang, berdiri sebuah rumah tua yang nyaris menyerah pada waktu. Dinding kayunya lapuk, cat terkelupas, dan atapnya bocor di banyak titik. Di rumah itulah Rubini, seorang janda lansia, bertahan hidup seorang diri sejak ditinggal suaminya setahun silam.
Memasuki rumah tersebut, bau apek bercampur aroma kayu lembap langsung menyeruak. Papan dinding yang rapuh seakan menunggu waktu untuk roboh. Di sudut ruangan, hanya ada tikar anyaman yang sudah sobek menjadi alas tidur. Saat hujan turun, air menetes dari langit-langit, memaksa Rubini memindahkan tikarnya ke sudut lain yang sedikit lebih kering.
Ironisnya, di tengah gencarnya program bantuan sosial dan kucuran dana desa, Rubini mengaku tak pernah menerima bantuan apa pun—baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah tiyuh. Satu-satunya bantuan yang pernah ia terima hanyalah Rp300.000 dari program bantuan Covid-19 beberapa tahun lalu.
“Dulu pernah ada yang mengajukan bantuan, tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya,” tuturnya lirih, menahan getir.
Sehari-hari, Rubini mengandalkan kiriman anaknya untuk bertahan hidup. Terkadang hanya singkong rebus atau teh hangat yang mengisi perutnya. Harapannya sederhana: bisa makan layak setiap hari dan memperbaiki rumahnya agar tidak lagi takut roboh saat hujan deras.
Kisah Rubini adalah potret nyata ketimpangan sosial. Saat sebagian orang menikmati gemerlap pembangunan, masih ada warga yang berjuang di bawah garis kemanusiaan. Pertanyaannya: sampai kapan pejabat dan aparatur desa akan terus menutup mata, membiarkan warganya hidup dalam sunyi yang memedihkan?
(pedia HT/imam)