“Anak Emas” Kominfo: Skandal di Balik Kerja Sama Media

(Oleh: Ahmad Basri, K3PP Tubaba)

Tulang Bawang Barat | LINGKAR MERAH – Aroma busuk pengelolaan kerja sama media di lingkup Dinas Kominfo kian menyeruak. Di balik program publikasi yang semestinya transparan dan profesional, justru tercium praktik pilih kasih yang memecah awak media menjadi dua kubu: yang dipelihara dan yang disingkirkan.

Aksi protes para jurnalis di Tubaba beberapa waktu lalu, disusul demonstrasi awak media di Tulang Bawang pada Selasa (15/9/2025), menjadi bukti nyata. Tuntutannya jelas: Kepala Dinas Kominfo beserta jajarannya harus mundur, dan audit menyeluruh harus segera dilakukan.

Skema Gelap “Anak Emas”

Pola pengelolaan kerja sama publikasi (ADV) oleh Kominfo menyimpan banyak kejanggalan. Indikasi diskriminasi begitu telanjang. Media kritis, yang berani menyuarakan kepentingan publik, justru dipinggirkan. Sementara media yang jinak, bungkam, dan tunduk, disulap menjadi “anak emas” dengan privilese kerja sama.

Fenomena ini menegaskan: kerja sama publikasi bukan lagi instrumen informasi, melainkan alat kontrol untuk membungkam kritik. Kominfo menjadikan “anak emas” sebagai tameng, menciptakan ilusi kenyamanan bagi penguasa, sambil menyingkirkan suara-suara yang dianggap mengganggu.

Pers Dipasung, Publik Jadi Korban

Ironis, publikasi yang seharusnya berpijak pada asas profesionalisme, keterbukaan, dan pemerataan, justru dipakai untuk membatasi siapa yang boleh bersuara dan siapa yang harus diam.

Akibatnya jelas: media kritis dipasung, media jinak dipelihara. Dampak paling fatal menimpa masyarakat. Publik kehilangan hak atas informasi yang jernih, independen, dan objektif. Informasi yang tersaji akhirnya hanya sebatas “lipstik kekuasaan”.

Saatnya Bongkar Praktik Kotor Mengapa harus ada “anak emas” dalam kerja sama dengan media? Pertanyaan ini menghantam jantung integritas Kominfo. Ada apa di balik semua ini? Apa yang ingin ditutupi?

Satu hal pasti: pola pilih kasih ini merusak iklim pers lokal dan melahirkan jurang ketidakadilan. Bila dibiarkan, Kominfo hanya akan berubah menjadi mesin sensor modern yang membungkam kritik dengan cara halus tapi mematikan.

Kini saatnya publik, awak media, dan semua pihak terkait mendesak transparansi total. Karena di balik “anak emas” yang dimanjakan, ada skandal besar yang bisa menelan kredibilitas Kominfo dan mengorbankan kepentingan masyarakat. Pedia hd/imam