Tulang Bawang Barat, 9 September 2025,LINGKAR MERAH–Warga Tiyuh Jaya Murni, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat, menumpahkan kekecewaannya terhadap kinerja aparatur tiyuh. Sekretaris tiyuh (carik) Ari diduga jarang berada di kantor, sehingga masyarakat dipaksa mengurus administrasi ke rumah pribadinya.
“Yang enak ini pak carek, yang repot kami warga kalau ada urusan. Kantor sering kosong,” ujar seorang warga dengan nada kesal.
Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar: di mana kedisiplinan aparatur tiyuh yang seharusnya memberikan pelayanan di kantor desa, bukan di rumah pribadi?
Pungutan Agustusan: Puluhan Juta Rupiah, Transparansi Gelap
Kemarahan warga semakin memuncak saat peringatan HUT ke-79 RI. Panitia perayaan disebut melakukan pungutan Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kepala keluarga (KK).
Dengan jumlah KK mencapai 1.602, dana yang terkumpul ditaksir menembus puluhan juta rupiah. Namun, transparansi penggunaan uang itu nihil.
“Penarikan sumbangan agustusan paling rendah Rp20 ribu dan paling tinggi Rp25 ribu per KK. Uangnya ke mana? Kami tidak tahu,” tegas seorang warga.
Proyek Onderlah: Asal Jadi, Pekerja Orang Luar
Tak hanya pelayanan dan pungutan, proyek onderlah di Jaya Murni juga dipertanyakan. Hasil pekerjaan disebut amburadul, bahkan dalam jarak 100 meter tidak ditemukan pasangan batu sesuai aturan teknis.
“Pernah ada pemeriksaan, diminta papan informasi. Tapi faktanya tidak ada. Pasir pun belum ada sampai sekarang, lahan malah sudah ditumbuhi rumput,” ungkap sumber geram.
Lebih mengejutkan, proyek ini tidak melibatkan warga lokal. Pekerjaan justru dikerjakan oleh orang luar yang bahkan mengaku wartawan.
Aparatur Lalai, Warga Jadi Korban Dari pelayanan publik yang amburadul, pungutan yang membebani, hingga proyek pembangunan yang tak jelas, semua menumpuk jadi beban masyarakat Jaya Murni.
Ironisnya, saat dikonfirmasi, Sekretaris Tiyuh Jaya Murni Ari tidak bisa ditemui. Rumahnya kosong, dan menurut tetangga ia sedang berada di luar kota.
