Enam Bulan Diduga “Bocor” Tetes Tebu Disedot di Jalanan Tubaba Sopir Berkelit, Warga Cium Bau Permainan Gelap

Tubaba /LINGKAR MERAH— Dugaan pencurian tetes tebu dari armada angkutan perusahaan kembali mencuat di Lampung. Aksi penyedotan yang terekam jelas pada 28 November 2025 di Tiyuh Mulya Asri, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, membuka tabir praktik gelap yang diduga sudah berlangsung setidaknya enam bulan.

Aksi Terselubung, Terekam Kamera Warga

Dalam video berdurasi pendek, seorang sopir tangki bernomor lambung 12 terlihat naik ke atas mobil, menyedot cairan diduga tetes tebu dengan selang, lalu memindahkannya ke derigen berkapasitas 35–40 liter.

Aksi itu dilakukan di pinggir jalan, tanpa rasa takut, seolah kegiatan tersebut sudah menjadi rutinitas.

Satu armada lain, tangki bernomor lambung 41, berada tak jauh dari lokasi.

Jejak Derigen Mengarah ke Gudang Misterius

Kecurigaan warga membawa mereka mengikuti pergerakan derigen-derigen itu.

Hasilnya mencengangkan: derigen masuk ke sebuah gudang berplang “Koperasi Pakan Hewan.”

Saat diperiksa, warga menemukan:

±50 derigen berisi cairan mirip tetes tebu, satu unit Grand Max BE 8808 FR bermuatan lima drum 250 liter yang diduga siap diangkut keluar.

Temuan ini membuat dugaan pembocoran tetes tebu yang merugikan PSMI, Gudang Aman Jaya, dan Koperasi Gatam semakin menguat.

Warga dan TNI Hadang Mobil Tangki

Warga kemudian menghubungi Iw, anggota TNI yang bertugas mengawasi armada.

Dua mobil tangki itu dihentikan bukan untuk ditahan, tetapi untuk dimintai klarifikasi.

Namun, dua sopir kompak berkelit. Mereka bersikeras bahwa cairan yang disedot hanyalah “air pembersih tangki.”

Warga tentu tak mudah dibohongi: air pembersih seharusnya mengalir dari bawah, bukan disedot dari atas seperti dalam video.

Pengakuan Berubah-Ubah, Alibi Semakin Janggal

Pada 30 November 2025, tekanan warga membuat salah satu sopir mulai goyah.

“Aku mengakui kalau memang ada barang bukti. Derigen di gudang itu titipan, sekitar 41 derigen,” ujarnya.

Namun pengakuan itu langsung bertabrakan dengan kesaksian Erwin, warga sekitar gudang, yang mengatakan:

Lima drum masuk setiap pagi,

Lima drum lagi masuk setiap sore. Sementara sang sopir berdalih tetes tebu itu milik seseorang bernama Rozi, sosok yang tiba-tiba hilang dan tak bisa dihubungi.

“Keuntungan saya cuma dikasih rokok,” katanya, alasan yang terdengar terlalu absurd untuk volume barang sebesar itu.

Diduga Ada Tekanan: “Mobil Jangan Ditahan”

Ketika mobil dititipkan sementara di Koramil, salah satu sopir menghubungi seseorang bernama Eko, yang mengaku dari Korem, meminta agar kendaraan dilepas.

Padahal warga menegaskan:

Tidak ada penahanan,Yang dilakukan hanya klarifikasi dugaan pencurian yang diduga terjadi berulang 2–3 kali seminggu.

Yang lebih janggal lagi, Eko kemudian mengoreksi pengakuannya:

“Saya sipil, bukan tentara. Saya perintah Pak Arif.”

Pernyataan itu memunculkan tanda tanya besar: siapa sebenarnya yang membackup praktik ilegal ini?

Warga Menuntut Penegakan Hukum Tanpa Tebang Pilih

Pengawas armada, Iwan, menegaskan bahwa langkah warga dilakukan untuk mencegah kerugian perusahaan yang diduga dibiarkan terlalu lama.

Kini, masyarakat Tubaba menuntut:

1. Siapa otak utama di balik kebocoran tetes tebu ini?

2. Apa motif dan jaringannya?

3. Mengapa perusahaan tidak menangkap praktik ini sejak awal?

Kasus ini terus bergulir, dan warga menanti langkah tegas aparat serta perusahaan untuk menghentikan dugaan praktik pencurian yang telah merugikan banyak pihak.

(Pedia HT)